Home » Blog » Suku Punan Batu, Penjaga Rimba Kalimantan Yang Masih Bertahan di Hutan
Asia Hutan Indonesia Kalimantan Kehutanan

Suku Punan Batu, Penjaga Rimba Kalimantan Yang Masih Bertahan di Hutan


Sama dengan suku anak dalam atau suku kubu yang ada di Jambi, Pulau Sumatera. Di Pulau Kalimantan juga masih terdapat satu suku yang bertahan hidup di hutan dan berpindah-pindah hingga sering disebut penjaga rimba.

Dimana suku terakhir Kalimantan yang masih bertahan yaitu Suku Punan Batu, masih satu rumpun Suku Dayak.

Suku Punan atau Orang Punan Batu terdapat di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur, mereka hidup berpindah-pindah mengikuti siklus migrasi hewan dan juga siklus tumbuhan di hutan.

Istilah Punan sendiri lebih dipandang sebagai sebutan umum untuk kelompok masyarakat pemburu dan peramu yang dulu hidup secara berpindah-pindah di hutan Kalimantan.

Saat ini ada sekitar 100 orang lebih bagian dari Suku Punan Batu yang bertahan di dalam hutan di sekitar Gunung Benau dan Sungai Sajau.

Pada dasarnya orang suku punan masih banyak, namun sebagian besarnya sudah hidup secara modern atau menetap membangun pemukiman di desa.

Selain sebagai suku yang handal dalam berburu, meramu dan berperang, orang Punan juga dikenal sebagai pencari jejak terbaik di alam.

Jika ada masyarakat desa yang hilang atau tersesat di hutan, biasanya masyarakat akan meminta bantuan kepada orang Punan untuk mencarinya.

Sebagai imbalannya, orang Punan biasanya meminta garam atau tembakau untuk kebutuhan pangan sehari-hari mereka.

Dilansir dari berbagai sumber salah satunya Liputan6.com yang sempat turun ke hutan rimba bersama Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) untuk melihat langsung komunitas ini.

Diketahui, mereka hidup berkelompok, saling berpencar, yang terdiri dari 1 hingga 6 kepala keluarga dan tinggal berpindah-pindah.

Di tepi Sungai Sajau, kelompok kecil ini membangun pemukiman sederhana dari batang pohon. Setiap keluarga akan membangun pondok dengan ukuran sesuai jumlah anggota keluarga mereka.

Semua bahan untuk membangun pondok terbuat dari batang pohon, termasuk untuk alas tidur. Namun untuk atap, sudah ada beberapa pondok yang menggunakan terpal.

Mereka hanya tinggal selama delapan sampai sembilan hari di satu goa atau pondok. Setelahnya, mereka berjalan ke goa atau pondok lainnya, yang rata-rata berjarak 4,5 kilometer.

Beragam data ilmiah dalam riset itu menunjukkan orang-orang Punan Batu sudah selama ribuan tahun menjadi pemburu-peramu di Kalimantan, tanpa pernah beralih ke pola hidup berladang.

Punan Batu hidup di lokasi yang tidak benar-benar terpencil. Sejumlah pondok yang mereka bangun di hilir Sungai Sajau beberapa tahun terakhir dapat dicapai setidaknya selama tiga jam dari Tanjung Selor, pusat pemerintahan Provinsi Kalimantan Utara.

Perjalanan itu ditempuh dengan perjalanan darat melalui jalur yang menghubungkan Bulungan dan Berau, lalu dilanjutkan dengan menyusuri sungai dari Jembatan Sajau Besar.*

Sumber : Radar Mukomuko

Translate