Home » Blog » Media Asing Sorot Capres Prabowo-Ganjar-Anies, Siapa Unggul?
ASEAN Featured Global News Indonesia News Politik

Media Asing Sorot Capres Prabowo-Ganjar-Anies, Siapa Unggul?


Pemilihan Presiden RI mulai disorot beberapa pemberitaan media asing. Termasuk siapa bakal calon presiden (bancapres) yang mendapat banyak dukungan warga.

Sejauh ini, ada tiga nama capres yang sudah muncul. Yakni Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto dan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Terbaru The Diplomat memuat survei lembaga lokal. Disebutkan bagaimana Prabowo mulai mendapat dukungan suara, meninggalkan kedua sosok lain.

“Pada hari Minggu, lembaga survei Indonesia Indikator, menerbitkan hasil survei yang menanyakan 1.220 calon pemilih yang kemungkinan akan mereka dukung pada pemilihan presiden tahun depan,” tulis artikel itu awal pekan ini, dikutip CNBC Indonesia, Jumat (28/7/2023).

“Memimpin tiga pesaing yang paling mungkin, meskipun dengan selisih tipis, adalah Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, seorang komandan pasukan khusus era Suharto yang telah dua kali mencalonkan diri sebagai presiden,” tambahnya.

Media itu juga menunjukan bagaimana Prabowo mendapat dukungan 36,8% responden. Sementara Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dibelakangnya dengan 35,7% dan mantan Gubernur Jakarta Anies Baswedan di posisi akhir 21,5%.

“Dalam pertarungan dua arah, Prabowo unggul jelas atas Ganjar, 49,5% berbanding 40,9 %,” muatnya lagi mengutip survei yang sama.

Survey indikator bukan satu-satunya yang dibuat. Media itu juga memasukkan survey lain dari lembaga Lingkaran Survei Indonesia (LSI).

“Menunjukkan Prabowo memimpin untuk pertama kalinya, dengan rating persetujuan 34,3%, mengungguli Ganjar (32,7%) dan Anies (22,1%),” tulisnya.

“Namun, yang mencolok dari survei Indikator adalah bahwa survei ini sangat condong ke pemilih yang lebih muda, dengan lebih dari 60 persen responden berusia di bawah 42 tahun. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan sampel yang akurat tentang demografi kaum muda Indonesia,” tulisnya lagi.

Media Hong Kong South China Morning Post (SCMP) juga menyoroti pilpres RI. Namun, lebih ke arah dukungan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

“Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang berkuasa telah berusaha untuk menegaskan kembali dukungan Presiden Joko Widodo untuk calon presidennya Ganjar Pranowo, menyusul spekulasi tentang siapa yang akan didukung oleh pemimpin tersebut,” muat artikel itu.

“Dengan pemilihan yang semakin dekat pada bulan Februari, pengamat mengatakan bahwa Widodo mungkin lebih suka Menteri Pertahanannya Prabowo Subianto mengambil posisi puncak,” muatnya lagi.

Media itu pun memasukkan komentar putri Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri dan Ketua DPR Puan Maharani.

“Saya yakin Jokowi akan tetap bersama PDI-P,” kata Puan.

“Presiden telah didukung dan dipromosikan dua kali [dalam pemilu] oleh PDI-P. Dalam pemilihan berikutnya, dia akan melakukan hal yang sama,” tambahnya.

Sebenarnya ini bukan pertama pemilu RI disorot. Dalam artikel berjudul ‘In Jakarta, Political Kingmaking Starts Now’ misalnya, Foreign Policy sempat menyoroti persoalan para capres dan siapa yang unggul.

Dilaporkan masih terlalu dini untuk memprediksi apa yang mungkin terjadi pada pemilu 2024. Tetapi pola yang sama dengan Pilpres sebelumnya kemungkinan akan tetap terjadi.

“Ganjar secara luas dipandang sebagai calon kandidat yang akan dikalahkan. Sampai baru-baru ini, dia memimpin jajak pendapat,” muat media tersebut.

“Dia dibandingkan dengan Jokowi karena asal-usulnya yang relatif sederhana,” tambahnya.

Prabowo sendiri dimuat sebagai lawan kuat Ganjar. Ia disebut “melambangkan generasi politik Indonesia yang lebih tua”.

“Dia adalah mantan letnan jenderal dan mantan menantu Suharto dan pernah dianggap sebagai pewaris diktator,” tulis media itu seraya menyinggung pendudukan Indonesia di Timor Timur dan aktivis pro-demokrasi Indonesia selama dia di militer.

“Meski berada dalam masa pengasingan, tuduhan-tuduhan ini tidak menghalangi Prabowo mencalonkan diri sebagai presiden pada 2014 dan 2019, atau menjadi menteri pertahanan ketika Jokowi berkompromi dengannya setelah pemilu 2019,” tambah artikel itu.

Anies sendiri dikaitkan dengan hubungan ke gerakan Islam radikal di Indonesia. Ini, tulis analisisnya, menimbulkan kekhawatiran di kalangan minoritas.

“Selama kampanye pemilihan gubernur tahun 2017, Anies meninggalkan reputasinya yang moderat -sebagai seorang sarjana Fulbright yang nyaman dalam pengaturan kosmopolitan- untuk bersekutu dengan Islam garis keras yang menuduh gubernur petahana … melakukan penistaan agama,” papar media tersebut.

“Jika Anies memenangkan kursi kepresidenan, hal itu dapat semakin memperkuat kekuatan sosial konservatif yang telah berkontribusi pada pengesahan undang-undang yang meresahkan baru-baru ini seperti larangan gagasan tentang seks di luar nikah,” muat media tersebut.

Sumber: CNBC

Translate