Jakarta, CNN Indonesia — Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menceritakan kisah di balik suksesnya gala dinner Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 ASEAN di Jakarta pada 5-7 September lalu.
Dalam wawancara khusus bersama CNN Indonesia, Retno menyampaikan ada sekelumit kejadian sebelum dan saat jamuan makan malam spektakuler itu berlangsung di hari kedua.
Salah satunya yakni sulitnya mencapai kesepakatan antara para pemimpin East Asia Summit (EAS). EAS terdiri dari 18 negara yakni Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Australia, China, Jepang, India, Selandia Baru, Korea Selatan, Rusia, dan Amerika Serikat.
Retno menuturkan para pemimpin EAS tak kunjung satu suara lantaran ingin mengikutsertakan isu geopolitik dalam pernyataan bersama. Padahal, EAS kali ini semestinya lebih menyepakati kerja sama ekonomi.
“Kita tahu kalau isu geopolitik masuk berarti akan susah ketemu bisa samakan persepsi. Oleh karena itu negosiasinya sangat amat super duper susah,” kata Retno.
“Kalau sudah geopolitik, bagaimana mungkin dalam situasi ini samakan pendapat katakanlah Amerika dan Rusia tentang Ukraina. Kan tidak ketemu. Tapi pertanyaannya, oke, kamu beda tapi apakah kita tidak bisa bekerjasama di (aspek) yang kita setuju?” lanjut dia.
Retno pun menawarkan solusi yakni membedakan deklarasi antara kerja sama ekonomi dan kesepakatan geopolitik. Nantinya, masalah geopolitik akan dimasukkan ke dalam deklarasi para pemimpin alias chairman’s statement.
Sementara itu, kerja sama ekonomi masuk dalam EAS Leader’s Statement on Maintaining and Promoting the Region as an Epicentrum of Growth. Retno pun berjanji bakal bersikap adil dalam merilis deklarasi bersama sebagai ketua ASEAN.
“Nah makanya sampai detik terakhir waktu dinner, di tengah dinner yang sangat bagus itu, kepala saya pusing luar biasa. Dinner itu saya gunakan sebagai medan negosiasi,” ucap Retno.
“Saya datangi satu-persatu sampai saya datang ke PM Jepang [Fumio Kishida], ketemu Wapres Amerika [Kamala Harris], ketemu PM Australia [Anthony Albanese], saya ketemu menteri-menteri yang datang dengan Korsel dengan Tiongkok. Saya minta mereka tetap engage dan berikan fleksibilitas.”
Tepat lima menit sebelum pertemuan dimulai esok harinya, para pemimpin akhirnya setuju untuk satu suara. Retno mengaku sangat girang sampai-sampai ingin bersorak.
“Saya itu kepingin teriak pas sudah seal (sepakat) dan saya bow (membungkuk) pada mereka thank you-thank you udah berikan dukungan pada Indonesia. Itu kalau saya enggak malu, saya kepingin teriak ‘YES’,” ucap dia, kemudian tertawa.
Sumber: CNN Indonesia