Home » Blog » BRIN Terapkan Modifikasi Cuaca di Kalimantan Selatan
Asia Cuaca Hutan Indonesia Kalimantan Teknologi

BRIN Terapkan Modifikasi Cuaca di Kalimantan Selatan


Kegiatan modifikasi cuaca itu berlangsung selama 12 hari atas permintaan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) yang dimulai sejak 7 Juli hingga 18 Juli 2023.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menerapkan teknologi modifikasi cuaca sebagai upaya mencegah kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) melalui pembasahan lahan gambut di wilayah Kalimantan Selatan. “Operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC) dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi solusi permanen dalam upaya pengendalian bencana Karhutla di Indonesia,” kata Koordinator Laboratorium Pengelolaan TMC BRIN, Budi Harsoyo dalam keterangan di Jakarta, Senin.

Kegiatan modifikasi cuaca itu berlangsung selama 12 hari atas permintaan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) yang dimulai sejak 7 Juli hingga 18 Juli 2023. Budi menuturkan sasaran modifikasi cuaca itu adalah mengisi simpanan air pada sejumlah kubah gambut agar periode kemarau dapat diperpendek dan potensi kejadian Karhutla dapat ditekan melalui dukungan teknologi. “Selain itu, jika nanti saat masuk periode musim kemarau dimana mulai banyak muncul kejadian Karhutla, tim operasi pemadaman darat dapat masih dapat mengambil air dari sumber-sumber air di kawasan gambut untuk upaya pemadaman darat nantinya,” ujarnya.

Pemantauan tinggi muka air tanah gambut dari Sistem Pemantau Air Lahan Gambut (Sipalaga) yang dipublikasikan oleh BRGM menunjukkan bahwa tinggi muka air tanah gambut Pada 6 Juli 2023 lalu, data Sistem Pemantau Air Lahan Gambut yang dipublikasikan oleh BRGM menunjukkan bahwa tinggi muka air tanah gambut berada pada level -0,11 meter. Sementara itu, data sebaran titik panas yang tertangkap satelit NASA-MODIS pada situs SIPONGI Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa selama Juni 2023 telah muncul cukup banyak titik panas dengan tingkat kepercayaan menengah hingga tinggi (di atas 50 persen) di Kalimantan Selatan.

“Kondisi-kondisi tersebut mengindikasikan bahwa lahan gambut sudah mulai mengering, sehingga penting untuk segera dilakukan upaya-upaya antisipasi Karhutla di Kalimantan Selatan,” pungkas Budi. Berdasarkan pemberitaan sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah merilis prakiraan musim kemarau tahun ini yang menyatakan bahwa sebagian besar wilayah Kalimantan Selatan memiliki sifat hujan musim kemarau di bawah normal dengan periode puncak musim kemarau pada Agustus-September 2023.


Dengan demikian, hujan buatan yang terbentuk dari teknologi modifikasi cuaca diharapkan dapat membantu mengisi kolam-kolam penyimpanan air di area lahan gambut sekaligus menjaga tinggi muka air tanah lahan gambut agar kelembapan di lahan gambut dapat terjaga guna mengurangi potensi Karhutla di Kalimantan Selatan.

Sumber : Antara

Translate