Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengundang investor dari Korea Selatan untuk bisa masuk dan menanamkan modal di kawasan industri hijau di Kalimantan Utara (Kaltara).
“Kalau Anda lihat, proyek kami yang paling besar sekarang ada di Kalimantan Utara, kami membangun ini sekarang, ada petrochemical (petrokimia), mungkin yang terbesar di dunia, 50an miliar dolar AS. Kita senang kalau Korea masuk di sana juga,” katanya dalam Maekyung Indonesia Forum on the 50th Anniversary of Diplomatic Relations Between Korea and Indonesia di Jakarta, Selasa.
Selain proyek petrokimia, Luhut mengatakan di kawasan industri hijau Kaltara juga akan dikembangkan electronic alumina berkapasitas 3 juta ton, besi dan baja berkapasitas 5 juta ton, baterai energi baru sebesar 265 GWh juga industri Polycristalline Silicon (polisilicon) berkapasitas 1,4 juta ton.
Menurut Luhut, industri-industri yang dibangun itu akan memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia. Misalnya pengembangan besi dan baja (iron and steel) yang turunannya bisa menjadi bahan baku banyak barang hingga alat kesehatan.
Begitu pula pengembangan baterai yang diproyeksikan bisa menyuplai hingga 3 juga unit mobil listrik, yang kemungkinan akan diminati Korea Selatan, karena berbahan baku hydropower.
“Juga polisilicon untuk material solar panel, sampai semikonduktor. Silica di Indonesia sangat banyak. Jadi Indonesia akan memainkan peran yang sangat besar di sini,” kata Luhut dikutip dari Antara.
Kawasan industri hijau terintegrasi di Kaltara digadang-gadang sebagai kawasan industri hijau terbesar di dunia. Kawasan Industrial Park Indonesia (KIPI) itu akan dibangun seluas 13.000 hektare dan dipersiapkan untuk pembangunan industri baterai kendaraan listrik, pabrik petrokimia, dan industri aluminium.
Nantinya industri-industri di kawasan ini bakal didukung dengan energi ramah lingkungan yang didapatkan dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Sungai Mentarang dan Kayan sehingga menjadi produk yang dihasilkan punya nilai tawar keberlanjutan.
Pengembangan kawasan industri hijau di Kaltara diperkirakan membutuhkan investasi sekitar 132 miliar dolar AS.
Sebelumnya, Luhut sempat mengungkap kejengkelannya terhadap Amerika Serikat saat dirinya menjadi pembicara dalam acara ‘Hilirisasi dan Transisi Energi Menuju Indonesia Emas di Jakarta,Rabu (10/5/2023).
Luhut menceritakan perjalanan kerjanya ke Washington DC, Amerika Serikat, salah satunya untuk menindaklanjuti JETP oleh AS dan Jepang.
Saat dirinya menagih dana yang dijanjikan, AS justru tidak memberikan jawaban seperti yang diinginkan sehingga ia menilai AS hanya omong kosong.
Tidak hanya mengatai AS, Luhut juga mengatai Singapura dengan sebutan ‘brengsek’. Itu karena, Luhut menilai SIngapura menganggap Indonesia bodoh sehingga bisa dimanfaatkan untuk mengaliri listrik dari energi bersih Indonesia ke Singapura.(Antara/Fajar)
Source: Fajar