JD.ID menjadi korban ‘perang’ raksasa teknologi pertama di wilayah Asean. JD.ID diketahui menutup layanan pada Maret lalu
JD.ID merupakan usaha patungan dari firma ekuitas asal Singapura, Provident Capital dengan JD.com. Nama terakhir juga membuat perusahaan yang sama di Thailand, JD Central yang juga akan menutup layanan bulan Maret.
JD.com merupakan salah satu raksasa China yang berusaha merebut pasar Asia Tenggara. Perusahaan itu harus bersaing dengan raksasa lainnya Tencent dan Alibaba.
Tencent sendiri menjadi salah satu perusahaan yang menyokong dana induk perusahaan Shopee, Sea Ltd. Di sana, perusahaan jadi pemegang saham terbesar
Awal tahun lalu, Tencent sempat dilaporkan menjual saham di Sea. Namun jumlahnya masih cukup banyak yakni 18,7% dibandingkan sebelumnya 21,3%.
Tencent menjelaskan masih berencana mempertahankan sebagian besar kepemilikan di Sea dalam jangka panjang.
“Divestasi ini memberikan Tencent sumber daya untuk mendanai investasi dan inisiatif sosial lainnya,” terang manajemen Tencent seperti dikutip dari CNBC International pada Januari 2022.
Sementara itu, Alibaba telah mengakuisisi Lazada pada 2016. Saat itu perusahaan menggelontorkan dana US$1 miliar, dalam catatan CNBC Indonesia US$500 juta digunakan untuk membeli saham dan pemegang saham lain. Sisa uangnya digunakan untuk investasi.
Tahun berikutnya, Alibaba kembali memberikan dana US$1 miliar ke Lazada. Uang itu digunakan sebagai dukungan untuk promo dan ekspansi layanan platform.
Alibaba juga terdaftar sebagai investor Tokopedia pada 2018. Selain Alibaba, pendanaan dipimpin Softbank Vision Fund dan juga terdapat nama-nama lain sebagai investor seperti Softbank Ventures Korea.
Nama Alibaba juga sempat mampir di Bukalapak. Salah satu penyandang dana ronde investasi seri D Bukalapak adalah Ant Financial, yaitu anak usaha Alibaba Group yang fokus di bidang fintech.
JD.ID & JD Central Tumbang
JD.ID dan JD Central menutup layanannya pada Maret. Dalam keterangan resmi pihak JD.ID, keputusan strategis JD.com jadi alasan penutupan tersebut.
JD.com disebut akan berfokus pada pembangunan jaringan rantai pasokan lintas negara. Dengan logistik dan pergudangan jadi intinya.
“Ini adalah keputusan strategis dari JD.com untuk berkembang di pasar internasional dengan fokus pada pembangunan jaringan rantai pasok lintas-negara, dengan logistik dan pergudangan sebagai intinya,” kata Head of Corporate Communications & Public Affairs JD.ID, Setya Yudha Indraswara dalam keterangannya saat itu.
Selain mengumumkan menutup layanan 31 Maret 2023, JD.ID juga menyatakan akan menghentikan pemesanan pada 15 Februari 2023. JD.ID telah beroperasi di Indonesia sejak November 2015.
Di saat yang hampir bersamaan, JD Central juga menutup layanan. Penutupan dilakukan 3 Maret 2023 dan pemesanan tidak bisa lagi dilakukan pada 15 Februari 2023.
Source: CNBC Indonesia