Bertepatan dengan Hari DBD ASEAN, Ketua ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC) Arsjad Rasjid menekankan pentingnya upaya perluasan akses vaksin DBD bagi masyarakat. Upaya ini dalam rangka menekan angka kematian akibat DBD, khususnya di kawasan Asia Tenggara.
Arsjad mengatakan kunci untuk memperluas akses vaksin DBD yang terjangkau, yaitu dengan menggerakkan lebih banyak sumber daya dan investasi di bidang kesehatan. Selain itu juga manufaktur ilmu kehidupan, dan penelitian dan pengembangan (R&D) melalui kerja sama yang lebih besar antara sektor publik dan swasta.
“DBD telah lama menjadi penyakit yang menghambat pertumbuhan ekonomi dan ketahanan kesehatan di wilayah ini. Tetapi dengan terobosan baru dalam teknologi medis, kita sekarang dapat secara efektif mengatasi masalah ini melalui kemitraan strategis yang tepat antara sektor swasta dan publik,” ujar Arsjad dalam keterangan tertulis, KAmis (15/6/2023).
Menurutnya Hari DBD ASEAN menjadi pengingat untuk memperkuat kolaborasi dalam tindakan pencegahan. Termasuk melakukan lebih banyak uji klinis untuk vaksin dan terapi yang lebih layak dan siap digunakan oleh populasi.
Diketahui, Hari DBD ASEAN diperingati setiap tanggal 15 Juni untuk meningkatkan awareness akan pentingnya pencegahan dan pengendalian penyakit DBD. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kasus DBD di wilayah Asia Tenggara meningkat sebesar 46 persen dari tahun 2015 hingga 2019, sementara jumlah kematian akibat DBD menurun 2 persen.
Sementara itu, Policy Manager of ASEAN-BAC Health Working Group Shuhaela Fabya Haqim mengatakan wilayah ASEAN bisa mendapatkan manfaat positif dari kemitraan antara sektor publik dan swasta di bidang kesehatan.
“Pandemi COVID-19 telah mengajarkan kita pelajaran yang sangat berharga tentang pentingnya mitigasi dalam menghadapi krisis di masa depan. Salah satu bagian inti dari rencana mitigasi ini adalah menyusun peta jalan investasi kesehatan ASEAN yang kokoh, yang dapat mendukung kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan wilayah pada saat yang bersamaan,” katanya.
Country Director of Tony Blair Institute of Global Change in Indonesia ini menambahkan dengan investasi yang semakin banyak, dia optimistis kesetaraan kesehatan bisa lebih cepat diwujudkan. Dengan begitu masyarakat bisa mendapatkan akses vaksin DBD yang terjangkau.
Peran Sektor Bisnis dan Swasta untuk Pembangunan Infrastruktur Kesehatan
Melalui salah satu kelompok kerja ASEAN-BAC, yaitu Health Working Group, kelompok kerja ini bertujuan untuk fokus pada tiga bidang utama pada tahun 2023: Pertama, meningkatkan ketahanan kesehatan ASEAN dengan meningkatkan penelitian dan pengembangan serta manufaktur Vaksin, Terapi, dan Diagnostik (VTD) yang kritis di dalam ASEAN melalui advokasi kebijakan dan kerjasama dengan sektor swasta.
Kedua, berkontribusi pada pengembangan One ASEAN Healthcare Market dan mengurangi risiko investasi sektor swasta di bidang penelitian dan pengembangan serta manufaktur. Ketiga, mendorong investasi inovatif berbasis teknologi tinggi di ASEAN melalui fasilitasi program-program regional di bidang genomik dan biologi.
Berbagai perusahaan di ASEAN juga telah memiliki komitmen untuk terus mengembangkan berbagai infrastruktur pendukung untuk penguatan sektor kesehatan di kawasan, seperti PT Astra International Tbk dan juga Sinar Mas melalui Asuransi Sinar Mas, serta Bakrie Group.
Direktur Utama Asuransi Sinar Mas Howen Widjaja mengatakan pihaknya melalui Asuransi Sinar Mas juga mendukung penuh infrastruktur pendukung kesehatan dengan mengeluarkan produk seperti asuransi kesehatan yang terjangkau bagi seluruh masyarakat.
“Kami ingin agar seluruh lapisan masyarakat dapat memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan hak untuk sehat dan Sinar Mas melalui Asuransi Sinar Mas siap untuk mendukung hal ini,” pungkasnya.
Sumber : Detik