Gempa bumi dengan Magnitudo (M) 4,6 yang mengguncang Kalimantan Timur menjadi bukti pulau yang bakal jadi lokasi ibu kota negara (IKN) itu tak kebal guncangan. Simak faktanya berikut.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap gempa M 4,6 dengan pusat di 0,29 lintang utara dan 115,31 bujur timur atau 97 km barat laut Kutai Baray, Kalimantan Timur, Selasa (20/6) pukul 12.43.37 WIB.
Gempa ini termasuk gempa dangkal lantaran kedalamannya hanya 10 km. Sejauh ini belum ada laporan kerusakan atau pun gempa susulan.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati sebelumnya mengungkap Pulau Kalimantan punya struktur sesar atau patahan. Namun, ia menyebut sejumlah keunggulan pulau ini dalam hal keamanan terhadap gempa.
Pertama, Kalimantan menjadi satu-satunya pulau di Indonesia dengan tingkat aktivitas kegempaan relatif paling rendah.
“Meskipun di Pulau Kalimantan terdapat struktur sesar dan memiliki catatan aktivitas gempa bumi, tetapi secara umum wilayah Pulau Kalimantan masih relatif lebih aman jika dibanding daerah lain di Indonesia, seperti Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan Papua yang memiliki catatan sejarah gempa merusak dan menimbulkan korban jiwa sangat besar,” ungkap dia, dikutip dari siaran pers, Sabtu (24/8/2019).
Kedua, Pulau Kalimantan lokasinya cukup jauh dari zona tumbukan lempeng (megathrust), sehingga suplai energi yang membangun medan tegangan terhadap zona seismogenik tidak sekuat daerah yang dekat zona tumbukan lempeng.
Ketiga, beberapa struktur sesar di Kalimantan kondisinya sudah berumur tersier sehingga segmentasinya banyak yang sudah tidak aktif lagi dalam memicu gempa.
Deputi Geofisika BMKG Mohammad Sadly mengatakan pihaknya tetap menyiapkan sistem monitoring gempa dan langkah-langkah mitigasi gempa bumi dan tsunami, terutama untuk menjaga keselamatan masyarakat dan keberlanjutan perekonomian di calon wilayah ibu kota tersebut.
“BMKG bersama Kementerian/Lembaga lain berupaya meminimalisir sekecil mungkin risiko kebencanaan di wilayah tersebut dengan menyiapkan skenario mitigasi bencana yang tepat, terpadu, dan berkesinambungan,” tutur dia.
Tiga sesar
Dikutip dari jurnal ‘Study Seismotectonic Around Kalimantan Island Using Likelihood Method’ dari para peneliti di Jurusan Ilmu Bumi Fakultas Geologi Universitas Padjadjaran, 2021, Kalimantan memiliki setidaknya tiga sesar aktif.
Yakni, Sesar Meratus di Kalimantan Selatan, Sesar Mangkalihat di Kalimantan Timur, dan Sesar Tarakan di Kalimantan Utara.
Pertama, Sesar Tarakan yang terletak di bagian utara bagian dari Pulau Kalimantan, terbentang dari daratan ke laut lepas di bagian barat laut Sulawesi.
Kedua, Sesar Meratus, yang merupakan sesar naik yang ditemukan di selatan Kalimantan. Ketiga, Sesar Mangkalihat, yang adalah sesar peralihan, ditemukan di pantai timur Pulau Kalimantan dan terlihat bergabung dengan Sesar Palu Koro di barat laut-utara Sulawesi.
Beberapa peneliti sebelumnya (Hamilton, 1979; Moss dan Chamber, 1999; Aula dan Nichols, 2002; Simons, dkk. 2007; Hutchison, 2007), mengungkap beberapa sesar lain di Kalimantan, seperti Sesar Adang di Kalbar, Sesar Tinjia di Sarawak, Sesar Sangkulirang di Kalimantan Timur, dan Patahan Paternoster di Selat Makassar.
Sejumlah gempa bumi berkekuatan besar pun pernah terekam, termasuk gempa di Ranau dengan M 6 pada 5 Juni 2015; gempa M 6,1 di Tarakan pada 21 Desember 2015; gempa M 5,7 di timur laut Tarakan, dan gempa M 4,2 di Katingan 12 Juli 2018.
“Gempa-gempa di atas menyebabkan kerugian yang membahayakan infrastruktur untuk merenggut nyawa dari penduduk sekitarnya,” tulis para peneliti.
Walau demikian, berdasarkan hasil analisis gempa, Pulau Kalimantan memiliki aktivitas gempa rendah.
“Namun, beberapa daerah yang dekat dengan zona sesar utama di Kalimantan masih perlu diwaspadai karena ada kemungkinan gempa besar untuk terjadi di daerah tersebut.”
Sumber : CNN