Saat ini komoditas-komoditas yang selalu menjadi perhatian karena sebagai penyumbang inflasi di Kalbar seperti beras kemudian cabai dan kemudian juga beberapa komoditas hortikultura seperti sayuran. Komoditas itu yang dijaga mulai dari pasokan, keter
Pontianak (ANTARA) – Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Barat, Nur Asyura Anggini Sari mengatakan operasi pasar dan gelar pangan murah menjadi satu di antara langkah konkret sinergi para pihak di Kalbar untuk mengendalikan inflasi daerah.
“Tim Pengendali Inflasi Daerah Kalbar dari yang terdiri berbagai unsur termasuk BI di dalamnya menargetkan hingga tiga bulan ke depan minimal ada 15 kali operasi pasar dan gelar pangan murah di 14 kabupaten atau kota di Kalbar,” ujar Anggini di Pontianak, Jumat.
Ia menjelaskan bahwa untuk menjaga inflasi daerah terus tetap terkendali melalui empat hal yakni ketersediaan pasokan bahan pangan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi dan komunikasi yang efektif.
“Saat ini komoditas-komoditas yang selalu menjadi perhatian karena sebagai penyumbang inflasi di Kalbar seperti beras kemudian cabai dan kemudian juga beberapa komoditas hortikultura seperti sayuran. Komoditas itu yang dijaga mulai dari pasokan, keterjangkauan harga dan distribusinya,” jelas dia.
Terkait untuk ketersediaan pasokan pangan terutama beras pihaknya sudah koordinasi juga dengan Bulog dan dari hasil tersebut diperkirakan hingga sampai dengan akhir tahun stok masih cukup.
“BI juga melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNP IP) juga ikut memberikan bantuan melalui program sosial BI berupa bibit kepada seluruh daerah di 14 kabupaten atau kota di Kalbar. Itu untuk mendukung ketersediaan pasokan,” kata dia.
Untuk distribusi dalam waktu dekat BI akan menghadirkan digital farming di mana petani dan masyarakat bisa transaksi secara langsung secara online. Sehingga harga yang didapat masyarakat bisa terjangkau.
“Dengan digital farming yang menjadi platfrom digital bisa memastikan rantai pasok pendek dan lancar. Dampaknya pada harga yang lebih terjangkau,”jelas dia.
Menurutnya, BI selalu melakukan survei harian maupun mingguan. Data-data itu diolah dan apabila ada kecenderungan komoditas tertentu naik maka ada sistem peringatan agar ditindak lanjuti seperti operasi pasar atau gelar pangan murah.
“Dengan adanya sistem peringatan bisa segera untuk dilakukan tindakan. Hal itu lah perlu komunikasi yang efektif. Kemudian segera dan secara bersama-sama pemda baik itu provinsi maupun kabupaten melakukan langkah untuk menekan harga yang naik baik melalaui operasi pasar maupun gelar pangan murah,”jelas dia.
Berdasarkan data BPS Kalbar, pada September 2023 gabungan 3 kota IHK di Kalbar mengalami inflasi YoY sebesar 2,26 persen. Singkawang, Pontianak dan Sintang mengalami inflasi YoY masing-masing sebesar 2,68 persen, 2,23 persen dan 1,86 persen.
Sumber: ANTARA News